FBI Peringatkan Penyebaran Konten Deepfake Porno untuk Serangan Sextortion

 

Ilustrasi. Para penjahat siber kerap mengambil foto acak dari internet untuk membuat konten pornografi deepfake. (Istockphoto/ Xijian)

BOABOA.BATAKTIVE.COM, JAKARTA - Biro Investigasi Federal AS (FBI) telah mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan konten deepfake porno yang digunakan untuk melakukan serangan sextortion. Menurut laporan dari BleepingComputer, sextortion adalah bentuk pemerasan daring di mana para penjahat mengancam korban dengan membeberkan foto dan video eksplisit yang telah mereka curi melalui serangan peretasan atau diperoleh melalui paksaan, sambil menuntut pembayaran uang tebusan.

Dalam banyak kasus sextortion, konten yang digunakan dalam ancaman tersebut seringkali tidak nyata. Para penjahat hanya berpura-pura memiliki akses ke materi yang menakut-nakuti korban agar membayar tebusan.

FBI mencatat bahwa para pelaku kejahatan saat ini mengumpulkan banyak foto publik yang tersedia di media sosial, termasuk foto dan video yang tidak berbahaya, yang diunggah oleh pengguna.

Kemudian, foto-foto tersebut dimasukkan ke dalam alat pembuatan konten deepfake yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mengubahnya menjadi konten seksual eksplisit.

Meskipun hasil deepfake terlihat sangat nyata, mereka bukanlah foto asli, sesuai dengan tujuan para pelaku kejahatan. Foto-foto yang telah diubah tersebut kemudian dikirimkan kepada target untuk merusak reputasi mereka dan menyebabkan kerugian.

"FBI telah memperhatikan peningkatan jumlah korban sextortion yang melaporkan penggunaan foto atau video palsu yang dibuat dari konten yang diunggah di situs media sosial atau diunggah secara individu. Foto-foto tersebut diberikan kepada para penjahat sesuai permintaan, atau diambil selama percakapan video," peringatan yang dikeluarkan oleh FBI menjelaskan.

Berdasarkan laporan korban terkini, FBI menyebutkan bahwa para penjahat ini meminta dua hal:

  1. Pembayaran dalam bentuk uang atau hadiah dengan ancaman untuk menyebarkan foto atau video jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi.
  2. Pengiriman video seksual asli dari korban.

FBI juga mengungkapkan bahwa para konten kreator tersebut kadang-kadang melangkah lebih jauh dengan langsung mengunggah video ke situs porno tanpa melakukan ancaman sebelumnya. Hal ini mengakibatkan korban terekspos secara publik tanpa pengetahuan atau persetujuan mereka.

Dalam beberapa kasus, para pelaku kejahatan ini menggunakan foto-foto yang sekarang menjadi publik untuk meningkatkan tekanan terhadap korban dan menuntut pembayaran untuk menghapus gambar atau video yang telah diunggah ke situs tersebut.

FBI mendorong masyarakat agar meningkatkan kesadaran tentang risiko sextortion dan memastikan bahwa privasi mereka di media sosial tetap terjaga. Pihak berwenang juga meminta platform media sosial dan pengguna untuk lebih waspada terhadap konten deepfake dan tindakan pemerasan daring.

Posting Komentar

0 Komentar